Ayah, Begitulah aku memanggilmu sejak saat itu hingga kini dan bahkan selamanya. Dirimu adalah lelaki pertama yang aku kenal begitu raga lemah ini tiba di dunia. Bersama ibu, kita sungguh menjalani kehidupan yang bahagia seperti kisah negeri dongeng. Tinggal di sawah, piara bebek, jaring ikan, pasang perangkap burung dan ada banyak hal lain yang tentu hanya anakmu yang tau semuanya
Mungkin Pelukan hangat guna menenangkan tangisku, kecup manja yang terkadang membuatku geli, hingga jemari kekarmu yang selalu ada untuk menggelitiki tubuh mungil bayimu ini tak pernah luput mengiringi setiap langkah awal kehidupanku. Ayah aku yakin dirimu adalah satu-satunya lelaki yang takkan pernah membiarkanku terluka sedikitpun.
Larutnya malam bukanlah alasanmu untuk tidak membuatku tersenyum.
Seiring berjalannya waktu aku tumbuh semakin besar, dirimu semakin terpacu untuk mencari nafkah lebih gencar demi memenuhi segala kebutuhan serta keinginan malaikat kecilmu yang nakal ini.
Aku yakin semua yang engkau lakukan adalah yang terbaik untuk kami, meskipun telah banyak waktumu tersita untuk pekerjaan, berkelumit dengan sejumlah tekanan, hingga hari-hari penuh peluh yang kau lewati, namun tak pernah sekalipun engkau tampakkan dan keluhkan segala yang dirasa.
Kepulanganmu saat larut malam selalu kutunggu dan kunanti, kepulanganmu yang kadangkala disertai sebungkus makanan ringan atau mainan selalu mampu membuatku tersenyum. Namun ayah, sesungguhnya kepulanganmu dengan selamat disertai ukiran senyum bibirmu lah yang selalu aku nantikan setiap harinya.
Hingga tiba saatnya semua berubah. Ayah engkau berusaha begitu keras.
Tak pernah ada manusia yang ingin sakit. Begitupun aku, namun semua yang kau lakukan begitu keras ayah. Saat tubuhmu yang dulu gagah perkasa kini ambruk di gergoti penyakit, hatiku tak sanggup menerima segala kesedihan dan kecemasan ini. Laksana mendapat tamparan keras yang bertubi-tubi, ayah maafkan diriku yang tak mampu menjagamu dengan baik.
Aku ingin engkau selalu sehat ayah, hari ini, besok, tahun depan dan selamanya. Aku ingin ayah selalu ada untukku dengan tubuh yang tetap sehat, untuk menyaksikan saat aku sukses ataupun saat aku akan menikah kelak. Ayah, kutahu dirimu adalah sosok yang tangguh dan selalu bisa menghadapi segalanya, bahkan engkau lebih kuat dibandingkan para super hero dalam dongeng. Ayah, teruslah berjuang untuk sehat! Setangguh apapun karang, akhirnya runtuh pula. Jika tuhan akhirnya memiliki rencana yang lebih indah untukmu, kucoba ikhlas.
Waktu kebersamaan ini terasa begitu singkat ayah. Rasanya baru kemarin raga ini terlelap dipangkuanmu. Namun kini ternyata tuhan ingin mengambilmu dari pelukku dan ibu lebih cepat. Aku sadar bahwa tuhan jauh lebih menyayangimu dari kami maupun ibu, Tuhan mempunyai rencana yang lebih indah untuk mu.
Ayah, selamat jalan, kami ikhlas melepasmu terbang menuju pangkuan sang khalik. Namun izinkan aku menangis sekejap untuk bisa mengenangmu dengan lebih tegar selamanya. Ayah, kami dan ibu akan selalu menyanyangimu.
Aku akan menjadi pribadi yang tangguh sepertimu agar bisa menjaga ibu selalu.
Sepeninggalmu, aku berusaha untuk menjadi teman hidup terbaik bagi ibu. Aku dan ibu harus saling berpegangan dan berangkulan untuk meneruskan jalan kehidupan walau kini tanpamu.
Keadaan membuatku dan ibu terus belajar mengenai makna kehidupan serta mengambil hikmah dari setiap hal manis maupun hal pahit yang dialami. Kini kami sudah jauh lebih tenang.
Ayah percayalah malaikat kecilmu dan pangeranmu kini telah tumbuh menjadi pribadi tangguh lebih dari yang kau bayangkan. Dan lihatlah saat ini sudah menjadi ayah untuk cucumu baqir, setiap anakmu mengecup cucumu terbayang seolah ini yang ayah lakukan padaku di masa lalu, setiap sentuhanku pada cucumu seolah sentuhanmu padaku, apa saja yang ku lakukan pada cucumu seolah itu yang ayah lakukan padaku.. Setiap menatap cucumu seolah ayah sedang menatapku.. Dan banyak hal yang ingin aku sampaikan, semoga Allah menyampaikan semua dalam setiap do'aku
Sayangnya cucumu tidak pernah bertemu kakek ynag selalu menjadi ayah terbaik untuk ayahnya. Tapi inshaAllah anakmu merekam semua hal terbaik yang ayah bagi dan akan aku sampaikan kepada cucumu pula.
Seumur hidup hanya sekali saja ayah memarahiku, kadang ada hal yang menurutku harusnya ayah marah, ayah melakukan dengan cara yang lemah lembut, sampai kadang tidak bangun subuhpun ayah tidak memarahiku.. Hanya dengan cara memberi contoh kepadaku..
Engkau begitu sabar dengan kata-kata orang, orang terlalu sabar dengan kata mereka, yang aku tidak bisa menerima apapun kata-kata yang merendahkan ayah, ayah terlalu sabar untuk banyak orang dan mungkin demikianlah sikapmu sebagai guru, contoh teladan untuk banyak murid dan khususnya untukku. Tapi anakmu tidak sesabar itu ayah maafkan anakmu..
Maafkan juga anakmu belum sempat membuatmu bangga karena belum bisa sukses seperti yang ayah mahukan, maaf anakmu yang terlalu egois dengan segala kemauannya..
Anakmu keras kepala ayah tapi dan mungkin ayah tahu anakmu adalah yang paling mencintaimu, menyayangimu lebih dari anak-anakmu yang lain.. Ayah aku bangga padamu dengan segala hal yang ada pada ayah sampai aku malu sama ayah..
Namun kala itu ayah dan anak serasa jarak karena jarang berbicara, berbeda pendapat, dan terkhusus anakmu ini sekali lagi keras kepala, dan punya kemauan sendiri yang mungkin tidak jelas... Semoga ayah tetap bangga padaku ayah terlepas tidak sukses menjadi yang ayah mahukan..
Walaupun engkau telah di dimensi berbeda do'akan anakmu ayah semoga menjadi pribadi yang baik, menjadi seperti dirimu untuk cucumu.. Ayah tahu apa yang anakmu rasakan dan pendam..
Maafkan segala kesalah anakmu ayah, maafkan kalo mengecewakanmu ayah.. Maaf jika pernah membuatmu malu ayah....
Kini hanya do'a menjadi satu-satunya alat komunikasi denganmu, aku percayaTuhan maha mendengar. Ayah alau ragamu tak lagi di sisi, walau kita tidak lagi berpijak pada bumi yang sama, dan walau kini kita telah berbeda dimensi, aku percaya di suatu tempat sana doa dan harapan tulus kami akan selalu sampai padamu melalui Tuhan.
Bapak tetaplah tersenyum di pangkuanNya. Tunggulah kami yang kini sedang mengantri untuk menjadi sepertimu, menanti panggilan itu karena sesungguhnya yang berjiwa pasti akan merasakan pergi. Semoga kita bisa dipertemukan lagi di surgaNya.